Minggu, 26 Desember 2010

Genap ^ 6 ^ tahun....

wadhuh....nggak terasa, sudah genap enam tahun usia pernikahan kita....

banyak sekali yang mau di bahas, mulai dari awal sampai sekarang, namun kok ya semangat menulis belum menemukan momentumnya.

Tuhan, terima kasih atas kesempatan ini, Engkau sungguh baik dan teramat baik bagi kami...

Kami sungguh bersyukur Tuhan...

Selasa, 16 November 2010

Miskin, tapi...

Lalu Ia berkata: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya janda miskin ini memberi lebih banyak dari pada semua orang itu.( Lukas 21: 3 )

Pagi itu, saya melintas di jalan tol, sesampainya di pintu tol di depan saya ada truk bermuatan pasir, truk yang besar dengan warna hijau di bagian bak truk, dan di bagian bawah truk ada tulisan yang cukup menggelitik, “ miskin tapi bisa memberi “.

Ketika saya merenungkan kembali tulisan di bamper truk itu, saya jadi teringat kisah seorang janda yang tertulis dalam Injil Lukas.Ketika Tuhan Yesus memperhatikan persembahan yang dilakukan oleh orang-orang kaya, dan memperhatikan dua peser persembahan seorang janda miskin, Yesus berujar bahwa sesungguhnya janda miskin ini memberi lebih banyak daripada semua orang itu.Ditekankan pula alasan yang tegas, karena ia (janda miskin) memberi dari kekurangannya, bahkan seluruh nafkah hidupnya untuk kemuliaan Tuhan, sementara sebagian orang memberi dari kelimpahan hartanya.Luar biasa !

Satu pelajaran berharga bagi kita semua, meneladani ketulusan seorang janda miskin di dalam melakukan persembahan kepada Tuhan.

Tuhan menciptakan segala sesuatunya dengan adil, ada kaya ada miskin, ada susah ada senang, semuanya berimbang.Ketika kita diberi kelimpahan meteripun, saya pikir juga tidak salah, bahkan ketika kita berada dalam posisi itu, semestinya kita tetap bersyukur dan memohon supaya dapat dimampukan untuk melakukan “titipan” kekayaan untuk hal- hal yang bermanfaat, bahkan ketika kita dilanda kekurangan, kita lebih-lebih harus mengucap syukur atas kekurangan yang ada, semua pasti ada waktunya, dan itu semua tidak terlepas dari campur tangan Tuhan.Dialah pengatur hidup kita yang sesungguhnya.

Kalau dikaitkan dengan “kekayaan” saya jadi teringat beberapa kisah dalam kisah Lukas 12 : 16, seorang kaya yang mengumpulkan harta dan terus berkeyakinan semu bahwa dengan harta berlimpah, kita bisa enjoy dan hidup “tentram”.Mengapa? karena dia khawatir akan masa depan.Setelah merasa “mantap” dalam Lukas 12:19 ,… Sesudah itu aku akan berkata kepada jiwaku: Jiwaku, ada padamu banyak barang, tertimbun untuk bertahun-tahun lamanya; beristirahatlah, makanlah, minumlah dan bersenang-senanglah!...

Sepertinya harapan itu benar-benar merupakan impian setiap orang saat ini, bagaimana tidak, harta berlimpah cukup untuk beberapa turunan.Tapi apa kata Yesus?

Tetapi firman Allah kepadanya: Hai engkau orang bodoh, pada malam ini juga jiwamu akan diambil dari padamu, dan apa yang telah kausediakan, untuk siapakah itu nanti?

Demikianlah jadinya dengan orang yang mengumpulkan harta bagi dirinya sendiri, jikalau ia tidak kaya di hadapan Allah."Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: "Karena itu Aku berkata kepadamu: Janganlah kuatir akan hidupmu, akan apa yang hendak kamu makan, dan janganlah kuatir pula akan tubuhmu, akan apa yang hendak kamu pakai.Sebab hidup itu lebih penting dari pada makanan dan tubuh itu lebih penting dari pada pakaian ( Lukas 12 : 20 – 23 )

Kita tidak ditentang untuk menjadi kaya, kita bahkan dianjurkan untuk menjadi kaya sesuai dengan takaranNya, terlebih lagi kaya dihadapan Tuhan.Semua harta yang kita kumpulkan menjadi tolak ukur, bagaimana kehidupan rohani kita yang sesungguhnya, bagaimana pelayanan kita terhadap sesama, dan bagaimana pertanggungjawaban kita terhadap harta yang ada pada kita.

Demikian pula ketika kita terjatuh dalam kekurangan, kita pun harus dituntut untuk dapat mengatasi kekurangan dengan senantiasa berusaha, supaya kita bisa hidup berkecukupan.Teladan janda miskin diatas dapat menjadi sumber inspirasi bagi kita bahwa persembahan dari ketulusan dan hidup kita,meskipun hanya “ 2 peser “ adalah sangat berarti bagi kemuliaan Tuhan.

Tetapi kumpulkanlah bagimu harta di sorga; di sorga ngengat dan karat tidak merusakkannya dan pencuri tidak membongkar serta mencurinya.( Matius 6 : 20 )

Kota Baru – Salatiga , 28 September 2008

Nglaju

Pagi itu, saya bangun pagi, menyiapkan bekal dan peralatan kantor, siap untuk bekerja.Perjalanan biasanya saya tempuh sekitar 1 ½ jam.Setelah berpamitan, saya begegas keluar rumah, dan berjalan menyusuri pagi.

So sweet… Indah sekali…

Begitu saya menaiki sebuah bis kecil dan langsung dipersilahkan untuk “berdiri” karena memang sudah penuh sesak, apa boleh buat, memang biasanya juga begini.Ditengah himpitan-himpitan itu justru saya tidak pernah merasakan kesal atau jengkel, bahkan saya asyik memperhatikan wajah-wajah pekerja seperti saya, yang setiap hari “nglaju” bekerja.Mereka begitu semangat untuk bekerja,mungkin semangat itulah yang tidak bisa di bayar dengan harga berapapun, luar biasa, dan kebanyakan merekapun rela untuk bergelantungan di luar pintu, hanya bergantungan dengan satu tangan, dan satu hal yang membuat saya tertarik, sebagian besar dari mereka adalah kaum perempuan!

Mungkin karena saya tidak pernah “nglaju” sebelumnya, jadi saya sempat terpana dan terkesima.

Ketika sudah agak kosong, dan salah satu perempuan berseragam biru muda yang bergelantungan di luar tadi duduk, kebetulan disamping saya dan saya menyempatkan bertanya, kerja dimana, tinggal di mana, dia menjawab dengan sopan, apa tidak takut bergelantungan di luar tadi? Ya takut, tapi apa boleh buat? angkutan ini (bis kecil )yang paling cepat. Alasan lainnya takut terlambat. Satu lagi sopirnya enak, nggak mungkin ngawur kalo jalan, saya percaya saja sama sopirnya…Lhah?

Hanya percaya dengan sopir?Kalau ada sesuatu diluar sopir, dia jawab sudah takdir, mas…Gusti yang punya urip, katanya sambil berdiri dan balik mempersilahkan saya duduk.

Tak lama dia pamit untuk turun di sebuah perusahaan yang memang terletak di tepi jalan raya jalur ini.

Pembicaraan singkat itu menjadi salah satu bagian dalam tulisan saya kali ini…

Saya teringat juga cerita tentang badut yang menyeberang dengan seutas tali dari gedung dengan ketinggian yang lumayan.Tidak ada yang berani, ketika kerumunan penonton diajak dengan digendong sambil menyeberang.Memang kalau jatuh, bukan hanya parah, mungkin bisa tewas di tempat.Ada seorang anak yang mau dan akhirnya mereka berdua menyeberang dengan selamat.Tepuk tangan bergemuruh setelah itu. Selidik punya selidik ternyata anak itu adalah anak si tukang badut, dan ketika ditanya kenapa berani, dia hanya menjawab bahwa dia percaya bapaknya pasti bisa, dia yakin selamat.

Ya percaya akan sesuatu..

Hidup kita juga akan senantiasa begitu, yakin dengan apa yang Tuhan lakukan, yakin dengan penolong kita yang hidup, Tuhan akan berikan secara cuma – cuma.

(Semarang, 28 Februari 2008, pas pertama kali naik bis kecil )

Pekewuh

Pekewuh alam bahasa Jawa, kalau di bahasa Indonesiakan artinya hampir sama dengan malu.Malu bukan dari kata sifat, namun malu karena keadaan.

Wah, aku pekewuh karo pak anu…(Red : Mungkin terlalu banyak kebaikan yang sudah diterima dari seseorang kepada kita, jadinya kita malu apabila bertemu atau ingin mengungkapkan sesuatu kepada pak anu).Begitulah kemungkinan gambaran rasa pekewuh dalam kehidupan kita sehari-hari.

Dalam setiap keadaan, pekewuh terkadang memang menjadi alasan yang kuat, yang tanpa disadari justru malah menjadi bumerang dalam melayani Tuhan.Contoh yang paling sederhana saja dapat kita lihat dalam perkumpulan doa misalnya, ayo pimpin doa, nah mulailah, lempar sana, lempar sini, bapak saja, ooo ibu saja, jangan saya, saya masih …

Saya nggak enak sama…. Dan masih banyak alasan lain yang mewarnai sikap pekewuh kita.Dan tidak jarang hal ini tiba-tiba menjadi satu budaya dalam kehidupan kita.

Mengapa menjadi budaya? Karena sering kita lakukan, berakar kuat dalam pembentukan pola pikir kita, menjadi suatu kebiasaan, sehingga terbentuklah yang namanya budaya pekewuh.

Kita akan merasa lega, ketika kita terbebas dari penunjukan dan itu artinya kita bangga dengan rasa pekewuh itu.

Kalau kembali dipikirkan, tidak semestinya harus demikian.Kita pekewuh terhadap orang, kita pekewuh karena kebaikannya, bukankah Tuhan Yesus super baik dalam hidup kita, bahkan dalam kondisi terpepetpun Dia memberikan yang terbaik, memberikan kecukupan kepada hidup kita, memberikan jodoh yang terbaik, yang sepadan, memberikan makanan yang dapat kita makan dengan cukup, standart kesehatan yang cukup untuk tubuh kita dalam menjalani rutinitas hidup sehari-hari, Dia menyembuhkan segala luka kita, jasmani maupun rohani, bahkan lebih sering Tuhan kita paksa untuk memenuhi kebutuhan kita, dan tidak jarang pemaksaan itu berakhir dengan “keberhasilan”.Luar biasa, Dia tidak pernah marah, meskipun kita ngotot, kita kekeh dengan pendirian kita, ini saja Tuhan, aku pilih ini, ini jalan hidupku, Tuhan tolong berkati jalanku, ya mungkin kita merasa sering begitu.

Pekewuh kah kita terhadap Tuhan ?

KebaikanNya yang tiada tara dalam hidup kita, sudah selayak dan sepantasnyalah kita pekewuh.Dengan pekewuh kepada Tuhan, kita berani untuk memberikan pelayanan, kita berani untuk memimpin persekutuan, kita berani tampil untuk kemuliaan Tuhan, kita berani mewartakan kebaikan Tuhan dalam hidup kita, kita berani bersaksi, dan masih banyak hal yang positif yang dapat kita lakukan, dan membuat kita bersemangat dalam menjalani hidup ini.

Salatiga, 041108 03:03 WIB

Untuk Sahabat

Saya kaget, mendengar dari kakak saya bahwa sahabat saya akan menikah tanggal 27 April nanti.Tanpa ada kabar sebelumnya, membuat kami sekeluarga hanya bisa merutuk dan sedikit menyesal, kok tidak memberi kabar?Usut punya usut ternyata mereka berdua ingin membuat surprise.Oooo… begitu.
Tapi surprisenya kadaluwarsa, sudah ketahuan dulu.

Buat kami memang tidak ada pengaruhnya, dan kamipun memakluminya.

Ingat pernikahan, saya teringat Pengkhotbah 3 : 11… Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya, bahkan Ia memberikan kekekalan dalam hati mereka. Tetapi manusia tidak dapat menyelami pekerjaan yang dilakukan Allah dari awal sampai akhir…

Sama seperti yang sahabat saya alami, kita bisa saja merencanakan sesuatu, tetapi Yang Empunya Hidup menghendaki lain, kita harus bagaimana?Apakah harus “ngotot”? Tuhan saya maunya yang ini.Namun apa yang terjadi? Impian bisa jadi tak seindah kenyataan dan pastinya Tuhan akan menjawab…No..No..No…Tunggu dulu…Keinginan kita uuups …hilang lenyap begitu saja.Akhirnya apa? Sabar dulu!
Dan
Ketika waktunya sudah tepat, Dia pasti akan memberikan dengan sempurna.

Benar saja, beberapa tahun terakhir ada kabar bahwa mereka sudah berdua, sudah bertemu, berkenalan, saling cocok, dan berlanjut ke hubungan yang lebih serius.Simple dan tak berbelit-belit.Ajaib!

Menurut saya, ya itulah kehidupan yang harus dijalani.

Tuhan sudah menggariskan apa yang dalam rancanganNya, supaya semua berjalan dibawah kendali Tuhan, lebih konkretnya supaya kita tidak mudah putus asa dalam menjalani hidup kita sendiri.Dengan kesabaran dan menjalani kehidupan yang benar, tentunya akan membuahkan sesuatu yang berguna dalam hidup ini.

Coba bayangkan saja, jika kita “kekeh” dengan pendirian kita, dan bersikeras dengan sikap kita, wah saya tidak bisa membayangkan bagaimana jadinya.Kalau bicara kecewa, ya pasti kecewa, namun apakah harus tenggelam terus menerus dalam kekecewaan?Tuhan mau supaya kita berani hidup, dalam segala hal.Ya, berani hidup.Memutuskan segala sesuatu dengan bantuan Tuhan melalui doa-doa kita.

Kita tidak akan pernah tahu hasilnya, tetapi Tuhanlah yang berhak menentukan.

Perjalanan kasih membutuhkan pengertian, pengorbanan, dan penghargaan supaya tercipta hubungan yang harmonis dalam membangun bahtera rumah tangga.

Pernikahan merupakan salah satu jawaban Tuhan atas teka-teki masa depan kita.

(Kado untuk te Cicil dan om Reynald di Salatiga, Tuhan sayang dengan kalian ).
Catatan Tulisan ini saya tulis pas mereka berdua mau menikah, akan tetapi setelah kurang lebih berselang pernikahan mereka, mereka berdua harus kehilangan ibunda tercinta…Dan beberapa hari yang lalu tepatnya 8 Oktober 2008, mereka diberikan anugerah seorang putri dengan panggilan “ Grace “.

Istimewa

Tidak ada acara khusus dalam menyambut Natal tahun ini, walaupun demikian setiap moment Natal punya kenangan tersendiri bagi kita.

Istimewanya Natal bukan terletak pada bagaimana kita merayakannya, namun menurut saya lebih terbeban untuk menjawab pertanyaan bagaimana diri kita memaknai Natal ?
Moment Natal membuka lembaran baru bagi hidup kita, terutama untuk mengarahkan kembali tujuan hidup kita yang sesungguhnya.Kita rasanya kembali diingatkan, kita diminta untuk intropeksi diri, kita diwajibkan untuk menata kembali kehidupan kita dengan lebih baik lagi di masa yang akan datang.

Bukan suatu kebetulan apabila setelah merayakan Natal kita juga menyambut tahun baru.Apa yang sudah kita dapatkan, apa yang sudah kita lalui di tahun kemarin menjadi pelajaran yang sangat berharga dalam kehidupan kita, pengalaman itu menjadi dasar bagi setiap tujuan yang hendak kita capai.

Dalam memaknai Natal tahun ini, saya merefleksikan kembali setiap langkah yang sudah saya jalani dan lakukan.Tanpa kekuatanNya, mustahil saya dapat melakukannya sendiri.Awal tahun 2008, saya sungguh bersyukur dengan suasana baru, pekerjaan baru, dan kehidupan yang baru, meskipun kami mulai kembali dari nol.Dukungan sahabat, rekan kerja, saudara, menjadi pemicu yang luar biasa dalam menyikapi kehidupan yang harus kami jalani diawal tahun ini.Banyak hal tak terduga, yang dulunya hanya angan-angan, yang dulunya hanya sebatas pemikiran, ternyata menjadi kenyataan.

Janganlah kamu menjadi hamba uang dan cukupkanlah dirimu dengan apa yang ada padamu. Karena Allah telah berfirman: "Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau."Sebab itu dengan yakin kita dapat berkata : “Tuhan adalah Penolongku.Aku tidak akan takut.Apakah yang dapat dilakukan manusia terhadap aku?” ( Ibrani 13 : 5- 6 )

Saya teringat ayat ini karena terkadang kita lebih sering terlena ketika kita mendapatkan yang lebih banyak, dan kita lebih sering mengeluh ketika kita mendapat sedikit.Ayat ini mengingatkan kita kembali bahwa dalam segala sesuatu yang sudah Tuhan rancangkan dan yang sudah kita terima serta kita jalani akan membentuk pola hidup kita dalam menyikapi sebuah keadaan. Kita diwajibkan untuk senantiasa bersyukur, meskipun milik kita di dunia ini sangat terbatas atau keadaan kita sangat berat, kita tidak perlu takut bahwa Allah akan meninggalkan atau mebiarkan kita.Alkitab nenyatakan bahwa Bapa di sorga memperdulikan kita.Kita dapat menggemakan seruan pemazmur , “ Tuhan adalah penolongku, aku tidak akan takut.”.Hal ini ditegaskan dengan keyakinan pada saat – saat kesesakan, pencobaan, atau kesulitan lain ( Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan ).

Di dalam perjalanan karir yang baru saja saya rintis ini memang tidak selalu mulus dan lancar –lancar saja, bahkan dari awal perkiraan saya tentang pabrik baru yang saya masuki tampaknya meleset dari angan-angan saya.Meskipun demikian rintangan pekerjaan tidak membuat kita patah arang, justru mendidik kita untuk kita lebih peka terhadap situasi. Memasuki bulan ke tiga, perusahaan bermasalah dengan ijin pemerintah, dan proses produksi dihentikan, ditambah dengan kondisi keuangan perusahaan yang tidak stabil.Perusahaan untuk sementara tutup, meskipun saya masih dipertahankan untuk tetap bekerja.Tentu dampaknya sangat terasa. Kita punya rencana, Tuhan punya kehendak.
Musibah kecelakaan menimpa saya, kurang lebih satu bulan saya off. Mungkin inilah titik di mana kita boleh belajar untuk memahami makna hidup untuk tetap memuliakan Dia.
Akhir bulan ke tujuh, saya mengambil keputusan untuk mundur, setelah saya diterima bekerja di perusahaan lain.Puji Tuhan.

Saya memaknai bahwa perjalanan hidup yang saat ini kita jalani ibarat sebuah roda yang tengah berputar.Kita berada disisi terluar dengan tetap pada satu poros.Terkadang kita berada di atas, ada saatnya juga kita harus rela dibawah.Asalkan masih pada satu poros yang tertuju padaNya, kita pasti akan kembali naik ke atas.Irama itu tentu tidak akan membosankan bila kita melewatinya dengan lapang dada, dengan hati yang ikhlas.

Natal tahun ini istimewa, perhatianNya luar biasa dalam setiap waktu yang saya lalui.Bukan hanya diberi kesempatan “mudik” dan merayakan Natal bersama orangtua dan keluarga, saya juga diberi waktu untuk melihat kembali jalur yang sudah saya lalui dan fokus terhadap tujuan hidup.

Terkadang, kalau kita berani merenung sejenak, kita berani jujur dengan diri kita sendiri, Dia selalu menyelipkan hal-hal yang sangat istimewa buat kita, meskipun seringkali juga kita tidak menyadarinya, bahkan ketika kita terpurukpun Dia slalu ada.

Istimewa Natal 2008
Salatiga, 11 Januari 2009

Senin, 05 Juli 2010

Selamat Ulang Tahun, Ketut....


Minggu 4 Juli 2010 Ultah ke 39.Thanks to God for everything, all my family, my lovely agape, and special my wife...Endah Widiati...